Lagu Hallo Bandoeng! diciptakan pada tahun 1929 pada saat
hubungan telepon Belanda dengan Hindia Belanda (Indonesia) mulai beroprasi pada
Januari 1929. Sebelum adanya telepon komunikasi belanda dengan indonesia hanya
lewat surat dan telegram.
Terinspirasi atas peristiwa yang terjadi pada bulan Januari
1929, ketika Ratu Emma di Belanda dapat berkomunikasi dengan puterinya, Ratu
Willhelmina, yang sedang berada di Hindia Belanda (Indonesia). Hubungan
komunikasi yang terjadi pada waktu itu, dilakukan melalui instalasi Pemancar
Radio (Nirkabel), antara Radio Kootwijk di Belanda yang berjarak ±12.000 Km
dengan Stasiun Radio Malabar di Gunung Puntang (Jawa Barat) Indonesia.
Lirik ini melukiskan keharuan dua orang yang berjauhan, seorang
nenek di Belanda yang untuk pertama kalinya mendengar suara cucunya
melalui saluran telepon di saat ia sedang mendekati ajal karena penyakit yang
dialaminya. Si wanita tua (Belanda=Oude Moederje) menelepon putranya yang
tinggal di Bandung, Dutch East Indies (Indonesia) menggunakan telepon
tanpa kabel. Akhirnya wanita itu meninggal setelah mendengar suara cucunya
memanggilnya, "Opoe lief, Tabeh! Tabeh!" (Nenekku tersayang, Tabeh!
Tabeh!).
Penyanyi
Pertama kali dinyanyikan oleh Willem Frederik
Christiaan Dieben (Willy Derby) kemudian dinyanyikan kembali oleh Louisa
Johanna Theodora "Wieteke" van Dort (Tante Lien)
Lirik Lagu
Berikut adalah lirik nya :
Versi Belanda
't Kleine moedertje stond bevend
Op het telegraafkantoor
Vriendelijk sprak de ambtenaar: "Juffrouw
Aanstonds geeft Bandoeng gehoor"
Trillend op haar stramme benen
Greep zij naar de microfoon
En toen hoorde zij, o wonder
Zacht de stem van haren zoon
refrain:
Hallo, Bandoeng
"Ja moeder, hier ben ik"
"Dag lieve jongen," zegt zij, met een snik
Hallo, hallo "Hoe gaat het ouwe vrouw"
Dan zegt ze alleen "Ik verlang zo erg naar jou"
"Lieve jongen," zegt ze teder
"Ik heb maanden lang gespaard
't Was me, om jou te kunnen spreken
M'n allerlaatste gulden waard"
En ontroerd zegt hij dan: "Moeder
Nog vier jaar, dan is het om
Als m'n liefste zal ik je pakken
Als ik weer in Holland kom"
refrain
"Jongenlief," vraagt ze, "hoe gaat het
Met je kleine, bruine vrouw"
"Best hoor," zegt hij, en wij spreken
Elke dag hier over jou
En m'n kleuters zeggen 's avonds
Voor 't gaan slapen 'n schietgebed
Voor hun onbekende opoe
Met 'n kus op jouw portret
refrain
"Wacht eens, moeder," zegt hij lachend
"'k Bracht mijn jongste zoontje mee"
Even later hoort ze duidelijk
"Opoelief, tabeh, tabeh"
Maar dan wordt het haar te machtig
Zachtjes fluistert ze: "O Heer
Dank, dat 'k dat heb mogen horen"
En dan valt ze wenend neer
Hallo! Bandoeng
"Ja moeder, hier ben ik"
Zij antwoordt niet, hij hoort alleen 'n snik
"Hallo, hallo" klinkt over verre zee
Zij is niet meer
En het kindje roept: "tabeh"...
Versi Indonesia
Perempuan tua itu duduk gemetar di kantor telegraf
Dengan ramah petugas operator berkata:
”Ibu, sudah tersambung dengan Bandung”
Dengan kaki yang kaku dan gontai, dia berdiri meraih mikrofon
Dan saat itu pun, oh sungguh mengagumkan,
Dia mendengar suara lembut anak lelakinya
Refr:
Halo! Bandung!
Ya bunda, aku di sini!
Salam anakku sayang, katanya dengan menahan tangis
Halo, halo!
Apa kabarnya, bunda?
Dengan suara lirih dia menjawab:
Aku sangat merindukanmu, nak!
“Anakku yang manis”, katanya dengan lembut.
"Aku sudah menabung selama bulanan”
“Untuk bisa bicara denganmu, nak.”
“Ini sepadan dengan gulden ku yang terakhir”
Dengan iba, anaknya menjawab:
“Ibu, empat tahun lagi aku akan selesai disini”
“Ibuku yang manis, aku akan menggendongmu”
“Kalau nanti saya sampai di Belanda lagi”
Refr:
Halo! Bandung!
Ya bunda, aku di sini!
Salam anakku sayang, katanya dengan menahan tangis
Halo, halo!
Apa kabarnya, bunda?
Dengan suara lirih dia menjawab:
Aku sangat merindukanmu, nak!
Sayang, dia bertanya, apa kabarnya dengan isterimu yang berkulit sawo matang?
Baik-baik saja, bu, katanya, dan kami membicarakan ibu setiap hari di sini
Dan anak-anak mengucapkan doa malam sebelum tidur
Untuk opung (nenek) yang belum mereka jumpai
Dengan mencium potretmu
Refr:
Halo! Bandung!
Ya bunda, aku di sini!
Salam anakku sayang, katanya dengan menahan tangis
Halo, halo!
Apa kabarnya, bunda?
Dengan suara lirih dia menjawab:
Aku sangat merindukanmu, nak!
”Tunggu sebentar, bunda”, katanya sambil tergelak
“Aku akan memanggil anakku yang paling bungsu”
Tak lama kemudian terdengarlah dengan jelas:
”Opung (nenek) tersayang, tabeh (salam), tabeh (salam)!”
Tak tertahankan hatinya mendengarnya, ia pun berbisik lembut kepada Tuhan
Terima kasih Tuhan, Engkau telah mengizinkan aku mendengarkan
Dan kemudian ia jatuh bersimpuh sambil menangis
Halo! Bandung!
Ya bunda, aku di sini!
Dia tidak menjawab
Hanya terdengar isak tangis
Hallo! Hallo! Terdengar suara klik di seberang lautan
Dia sudah tiada saat putranya berseru: Tabeh (salam)!
Komentar
Posting Komentar