Judul buku
: Bertambah Bijak Setiap Hari 8x3=23!
Penebit
: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Penulis
: Budi S. Tanuwibowo
Jumlah Halaman
: 186 halaman
Cetakan
: Agustus 2009
ISBN
: 978-979-22-4949-1
Buku Fiksi
Buku
ini mengisahkan kebijaksanaan tokoh – tokoh penting konghucu yang patut di
teladani. Kata – kata bijak juga menghiasi barisan cerita atau kisah dalam buku
ini, yang dapat di jadikan motivasi diri untuk selalu berkata jujur, berbuat
kebajikan, dan selalu bijak dan adil dalam mengambil suatu keputusan entah itu
kecil maupun besar.
Sebagai
contoh nya di dalam buku ini terdapat judul kisah “8 x 3 = 23” menceritakan
tentang dua anak yang sedang berdebat untuk saling mempertahankan pendapatnya.
Suatu perdebatan yang aneh karena mereka hanya memperdebatkan tentang berapa
hasil dari 8 x 3 yang sebenarnya, panggil saja kedua anak itu dengan panggilan
Si Putih dan Si Hitam. Si Putih adalah murid paling pandai di perguruannya
sedangkat Si Hitam adalah salah satu murid paling bodoh di perguruannya. Kedua anak
itu saling mempertahankan jawabannya masing – masing, Si Putih beranggapan
bahwa 8 x 3 jawabannya adalah 24, sedangkan Si Hitam beranggapan bahwa 8 x 3
adalah 23. Lalu mereka bertaruh kepada gurunya, jika jawaban Si Hitam benar
maka Si Putih harus dihukum dengan hukuman menjatuhkan topi putihnya itu,
sedangkan jika Si Putihlah yang benar maka Si Hitam rela untuk memotong
lehernya dengan pedang. Begitulah pertaruhan mereka akan tetapi Si Putih
beranggapan bahwa mereka tak harus bertaruh sampai seperti ini tetapi Si Hitam
tetap bersikukuh untuk tetap melanjutkan pertaruhan ini lalu mereka berdua
langsung menemui sang guru untuk mengetahui kebenaran sebenarnya.
Tak
lama kemudian mereka menemui sang guru yang sedang duduk bersandar dengan
ditemani segelas teh hijau di depan teras rumah. Mereka berdua pun langsung
menanyakan kebenaran sebenarnya kepada sang guru, “Guru, berapakah hasil dari 8
x 3?” tanya Si Hitam, guru pun menjawab “Haha tentu saja 23 nak!” Mendengar
jawaban sang guru Si Putih pun langsung kecewa dengan jawaban yang diberikan
sang guru. Si Putih beranggapan guru yang selama ini di hormatinya ternyata
adalah seorang pembohong, spontan saja Si Putih melempar topi putihnya ke
lantai dan pergi meninggalkan Si Hitam dan sang guru dengan mengomel tak jelas.
Ternyata
Si Putih berencana pergi pulang ke kampung halamannya yang dianggapnya adalah
tempat terbaik. Sang guru pun tak mencegah dan hanya diam sambil tersenyum dan
memberikan satu nasihat “Jika kalanya terjadi hujan lebat di tengah jalan
janganlah berlindung di bawah pohon besar karena pohon itu akan tumbang dan
mengenaimu”. Si Putih pun hanya pergi begitu saja dengan mengomel tak jelas.
Tak jauh kemudian terjadi hujan lebat di perjalanan dan ada pohon besar,
spontan saja Si Putih lari menghindar dan berlindung di bangunan tua. Tak
beberapa lama pohon itu pun tumbang dan menimpa orang yang berteduh di
bawahnya. Hati Si Putih pun teringat akan nasehat sang guru dan kembali ke
perguruan.
Ternyata
sang guru sudah menanti Si Putih di depan gerbang dan berkata “Ingatlah
muridku, hidup ini penuh warna. Setiap warna mempunyai arti tersendiri. Namun,
tidak semua bisa dibaca dengan mata biasa. Harus dibaca dengan kejernihan mata
hati, kebesaran jiwa, kelapangan dada. Kalau hanya soal hitam putih, pasti semua
orang bisa membedakannya. Kalau sudah beraneka warna, sungguh sulit dan rumit
untuk mengatakan mana yang lebih indah, mana yang kurang baik. Demikian pula
soal kebenaran. Dengan mudah, jelas, ia akan mudah dibedakan dengan kejahatan.
Namun, acapkali persoalannya menjadi kabur kala kebenaran versi A berhadapan
dengan versi lainnya. Di sinilah mata hati yang harus menentukan. Renungkanlah
muridku.”
Si
Putih pun merenung, belajar dan belajar. Pada akhirnya, jadilah murid terbaik
dari semua murid Sang Guru Bijak.
Kelebihan
Bahasa yang digunakan dalam buku ini mudah
dicerna dan dipahami, jadi cocok untuk berbagai usia serta banyak motivasi
tentang kehidupan yang bisa kita dapatkan dalam buku ini.
Kekurangan
Setelah saya baca, dalam buku ini tidak ada kekurangan nya sama sekali.
#Unsika
#UniversitasSingaperbangsaKarawang
#PBSIUnsika
#nulisbersama
Komentar
Posting Komentar